Jajang adalah seorang pemuda. Pemuda yang selalu berhadapan dengan sebuah benda berbentuk persegi panjang, dengan tulisan di pojok kiri atas ‘FLATRON E1942’ dan tulisan 'LG’ dengan lambangnya yang you-know-it di bawah tengah. Mengapa dia selalu berhadapan dengan benda tersebut? Ya kalian boleh menebaknya. Tentu ada hal yang ia sukai seperti bermain dan benda tersebut seperti media penyalur antara apa yang dia lakukan dengan apa yang ia sukai. Oke cukup! Itu adalah sebuah monitor yang dalam ilmu komputer disebut output dari apa yang disebut PC atau Personal Computer. Mengenai apa yang dia sukai adalah sebuah permainan yang dalam bahasa jawa disebut games.
Jajang sangatlah menyukai games. Entah karena dia tidak memiliki kesibukan lain atau mungkin itu menjadi dimensi lain bagi dia untuk menjadi bagian lain. Gaming is escapism that allows me to be someone else from another dimension. Bagaimana Jajang dapat melupakan kepusingan, kegalauan dari kehidupannya? Ya jelas dengan memainkan apa itu yang disebut games.
Singkat cerita Jajang memiliki seorang gebetan. Seorang yang telah dia kenal lama namun banyak hal yang tidak dia lakukan layaknya seseorang yang mencintai seorang lain. Gebetannya bernama Rusti yang sekarang telah terpisahkan oleh jarak padahal sebelumnya mereka sering bertemu cuman seperti yang saya bilang, dia terlalu egois akan dirinya. Dia hanya melakukan hal yang dia butuhkan, hal yang dia sukai. Singkat cerita juga, Jajang mengalami apa yang pemuda lain rasakan yaitu 'galau’. Galau yang cukup membingungkan bagi saya. Karena dia menggalaukan sesuatu dimana dia tidak pernah memiliki usaha akan apa yang dia galaukan. Mungkin kalian bingung membacanya namun saya sangat mengenal dia. Dia hanyalah orang yang gemar dalam berimajinasi, bermain dengan bayangan atau bahasa ilmiahnya 'asumsi’.
Hari pun berlalu dan ketika hari Jumat dia pergi ke sebuah Gereja untuk mengisi kegiatannya. Mungkin bahasa yang tepat yaitu untuk menghilangkan aktivitas dia yang monoton yaitu berhadapan dengan monitor LG. Dia datang ke Gereja dan bermain musik bersama teman-temannya. Dia sangat menikmati hal tersebut, karena dia sangat menyukai musik. Bermain musiknya yaitu ngeband dan menyanyikan lagu dari Rohani hingga lagu duniawi. Malam pun tiba dan saat itu temannya meminta temannya yang lain untuk membantunya mengisi dalam acara Natal di tempat lain. Keingintahuan pun muncul dalam benak Jajang, ada acara apa dan dimana? Apakah aku bisa ikut? Tanya dia kepada temannya. Temannya pun mengiyakan. Setelah itu Jajang pulang tanpa memikirkan apa yang dia galaukan.
Hingga tiba keesokan harinya (Sabtu) berkumpul di Gereja untuk bersiap-siap mengisi acara Natal. Kemudian datanglah seorang Guru Sekolah Minggu dan bersiap bersama kami untuk pergi ke acara Natal tersebut. Jajang pun menyadari bahwa itu adalah Natal Sekolah Minggu. Ya sebelumnya Jajang tidak pernah berhadapan dengan anak-anak dan Natal ini adalah natal pertama baginya ketika menjadi 'Abang’ bagi adik-adik sekolah minggu. Jajang pun pernah mengalaminya ketika dia kecil dulu karena dia adalah seorang mantan anak Sekolah Minggu.
Tibalah mereka di tempat acara Natal tersebut berlangsung dan rekan-rekan pun berdatangan dari Guru Sekolah Minggu. Saat itu niat Jajang hanyalah membantu. Bahkan untuk membantu mengangkat barang juga sudah cukup bagi Jajang. Sore itu waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB dan Jajang masih membantu menyiapkan acara dan ketika ada waktu luang Jajang pergi ke tempat 'Smoking Area’ untuk merilekskan pikiran sejenak bersama teman-temannya. Bukan berarti acara tersebut membebani dia, namun memang pada dasarnya dia adalah seorang candu rokok. Sebatang beres, Jajang kembali ke ruangan dimana acara Natal akan berlangsung. TIBA-TIBA Jajang terkaget, bukan terkaget secara ekspresi namun dia sangat kaget dalam hati karena dia bertemu dengan seseorang. Seseorang yang ia galaukan selama ini seperti yang saya ceritakan di atas, yaitu Rusti. Baaa….gai….ma…na… bisa dia ada disini? Apakah ini yang disebut kebetulan? Apakah doaku terjawab Ya Tuhan? Kira-kira begitulah kata hati Jajang. Tentu Jajang sangat senang karena dapat melihatnya. Jajang sangat ahli dalam menyimpan ekspresi. Dia berekspresi biasa saja namun saya tahu dalam hatinya dia sangat senang. Sekali!!! Jajang pun terdiam, bersikap cuek namun dalam hati ingin bertanya banyak sekali hal baik itu Apa Kabar? atau Kok ada disini? Kau sangat payah bro! Begitulah kubilang padanya.
Saat Jajang sedang menikmati 'kesenangan’ nya tiba-tiba seorang Guru Sekolah Minggu menghampiri dan bertanya 'Ada yang bisa nyanyi’. Saat itu Jajang tidak mau menawarkan diri namun dia sangat ingin apabila disuruh. Akhirnya pun tugas tersebut dibebankan kepada Jajang. Pembagian tugaspun dilakukan, Jajang sebagai Song Leader bersama pemain musik lainnya dan Rusti sebagai pembawa acara. Ada momen yang sangat disukai oleh Jajang yaitu ketika berlatih membawakan lagu-lagu yang akan dibawakan dalam acara Natal tersebut. Ada saat ketika Jajang bernyanyi bersama Rusti. Bernyanyi hanya berdua. Aku sangat yakin Jajang sangat menyukai momen tersebut.
Acara pun dimulai dari pembukaan, kebaiktian, games dan perayaan Natal. Saat games, Jajang ikut membantu adik-adik Sekolah Minggu dan aku sangat senang karena dia menikmatinya. Tak pernah kulihat Jajang yang sangat ceria. Jajang yang tersenyum dan tertawa bersama anak-anak Sekolah Minggu. Mungkin dia sangat menyukai anak kecil namun malu untuk mengungkapkan. Dia sangat menikmatinya ketika bermain bersama anak kecil.
Hingga acara selesai pun aku berharap agar dia terpanggil untuk menjadi Guru Sekolah Minggu. Hingga keesokan harinya di hari Minggu dia mengikuti sebagai pembimbing. Dan pada apa yang saya post sebelum ini dia telah bergabung dengan Guru Sekolah Minggu. Aku pun ikut senang semoga dia dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Hingga hari dimana sermon Sekolah Minggu diadakan, dia pun mengikutinya. Dia menceritakan semuanya kepadaku hingga ada saat ketika Guru Sekolah Minggu yang mengajaknya ketika acara Natal kemaren berterimakasih atas kehadirannya. Kakak itu berkata bahwa jika kita ingin berniat baik maka lakukanlah, tidak perlu ragu. Urusan bermanfaat/berguna itu bukanlah urusan kita. Apabila dikaitkan dengan acara kemaren, Jajang hanya berniat untuk membantu. Ya entah itu banyak atau sedikit namun ternyata itu sangat bermakna bagi Kakak tersebut. Dia sangat berterimakasih akan kehadiran Jajang hingga mau bergabung dengan Guru Sekolah Minggu.
Mungkin berat untuk menjadi Guru Sekolah Minggu. Kau harus dapat menjadi contoh yang baik bagi adik-adik Sekolah Minggu dan membawakan Firman Tuhan. Namun lakukanlah yang terbaik, Jang. Hanya Tuhanlah yang menilai atas usahamu. Tetap semangat! Semoga kamu dapat menemukan hal yang baru dalam dirimu.
AMIN.
Salam hangat. Sahabatmu :)
No comments:
Post a Comment