Thursday 6 October 2016

Critical 11

When you’ve lived here almost of your life, you sometimes forget how powerful Jakarta is. It changes people, it breaks people, it makes people, it shifts values, every single second it comes in touch with them. Jakarta sedemikian kuatnya, sehingga siapa pun yang pernah bersentuhan dengannya tidak akan pernah jadi orang yang sama lagi. Jakarta membuat semua yang ada di dalamnya harus meredefinisikan semua tentang diri mereka sendiri. Meredefinisi makna rumah, makna keluarga, hubungan, makna waktu. Redefining what matters, and what doesn’t.
Ada yang bilang Jakarta itu, jika diibaratkan dalam sebuah hubungan, adalah seperti pasangan yang abusive, yang selalu menyiksa, yang membuat kita berulang kali mempertanyakan arti kasih sayang dan cinta, yang menguji kesabaran setiap kali dia memukul kita berulang-ulang, but yet we stay. Yet, we don’t leave.
Mungkin itu salah satu alasan kenapa kita tidak pernah bisa melepaskan kota ini. Jakarta mengingatkan betapa kita sebenarnya bisa sangat kuat. And we love to be reminded how strong we can be, right?
Jordan Rane, seorang jurnalis CNN, pernah menahbiskan Jakarta di urutan nomor tujuh kota yang paling dibenci di dunia. More than 2,4 millions cities in the world and we got lucky number seven! Tapi kita semua tetap cinta Jakarta, kan? Karena kota yang sering kita sebut kejam dan keras ini sebenarnya menyimpan banyak cerita di setiap sudutnya. Cerita tentang kencan pertama ribuan pasangan waktu masih berseragam putih abu-abu di Roti Bakar Edy Blok M. Tentang seorang laki-laki usia pertengahan tiga puluhan, dengan wajah yang tidak pernah tidak letih karena bertahun-tahun menjadi budak korporasi, tetapi selalu ada senyum tipis yang tergurat di bibirnya setiap melintasi Melawai, teringat masa-masa jayanya jadi anak nongkrong pameran mobil ceper paling keren belasan tahun yang lalu. Tentang seorang Ibu yang mendekap kantong plastik erat-erat di dadanya, sambil tetap berusaha berdiri tegak di tengah impitan puluhan penumpang lain dalam satu gerbong commuter line, karena di dalam kantong plastik itu ada sesuatu yang sangat berharga buatnya; boneka baru untuk anak perempuannya yang sudah menunggu di rumah, hasil menabung uang lembur berminggu-minggu.

Critical Eleven, karya Ika Natassa hal 143-144


Sebuah buku yang menarik untuk dibaca. Bermula dari keisenganku di sebuah toko buku daerah kwitang. Begitu melihat judulnya, rasa tertarik pun muncul dan katanya 

angka sebelas adalah menit-menit krusial dalam dunia penerbangan. 3 menit sesaat sebelum take off dan 8 menit saat mau landing. 

Karena 80% kecelakaan pesawat terjadi pada rentang waktu tersebut. Oh begitu yah! Selebihnya buku ini bercerita tentang kisah percintaan dua orang yang baru bertemu dalam sebuah pesawat. Ini sih gue banget!!!
Susunan cerita yang sangat unik dan sangat menghibur tentunya, dikemas dengan baik oleh pengarang @ikanatassa. Hehehe.